Pernyataan Gubernur Jawa Barat (periode 2018-2023), Dedi Mulyadi, mengenai studi tour bagi siswa kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, terutama di dunia pendidikan. Ia dengan tegas menyatakan bahwa kegiatan studi tour yang kerap dilakukan sekolah, khususnya di tingkat dasar dan menengah, sebenarnya tidak perlu dan bahkan cenderung membebani orang tua. Pendapat ini memicu pro dan kontra, mengingat studi tour seringkali dianggap sebagai bagian dari proses pembelajaran di luar kelas. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai alasan di balik pernyataan Dedi Mulyadi dan dampaknya terhadap kebijakan pendidikan. Sebuah diskusi publik tentang efektivitas studi tour dalam pendidikan yang diadakan di Bandung pada hari ini, Kamis, 8 Mei 2025, menghadirkan berbagai pakar pendidikan dan orang tua siswa.
Dedi Mulyadi berpendapat bahwa biaya tour yang tidak sedikit seringkali menjadi beban bagi orang tua, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ia menilai bahwa anggaran yang digunakan untuk tour lebih baik dialokasikan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat bagi siswa, seperti peningkatan fasilitas sekolah atau pelatihan guru. Selain itu, ia juga mempertanyakan efektivitas tour dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Menurutnya, banyak siswa yang lebih fokus pada aspek rekreasi daripada pembelajaran selama tour.
“Daripada menghabiskan uang untuk studi tour yang belum tentu memberikan manfaat signifikan, lebih baik dana tersebut digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah,” ujar Dedi Mulyadi dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi lokal di Bandung, Selasa, 6 Mei 2025. “Pendidikan yang berkualitas tidak harus mahal dan mewah. Yang penting adalah guru yang kompeten, fasilitas yang memadai, dan kurikulum yang relevan.”
Pernyataan Dedi Mulyadi ini tentu saja menimbulkan berbagai reaksi. Sebagian orang tua mendukung pendapatnya dan mengeluhkan biaya tour yang mahal. Namun, sebagian guru dan pihak sekolah berpendapat bahwa studi tour memiliki nilai edukatif yang penting, seperti memberikan pengalaman belajar langsung di lapangan dan meningkatkan keakraban antar siswa.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah menanggapi pernyataan Dedi Mulyadi dengan mengeluarkan surat edaran yang mengatur pelaksanaan studi tour di sekolah-sekolah. Surat edaran tersebut menekankan pentingnya transparansi anggaran, relevansi kegiatan dengan kurikulum, dan persetujuan dari orang tua. Namun, perdebatan mengenai perlu atau tidaknya studi tour masih terus berlanjut. Diharapkan, diskusi ini dapat menghasilkan kebijakan yang lebih baik dan berpihak pada kepentingan siswa dan orang tua.